EFEK ISIM A’ZHAM ATAWA SEJARAH PLANET VENUS

 

Bukan sekali saja, manusia membikin gemas kawanan malaikat. Dulu, pada saat Allah berencana menciptakan manusia, mereka sempat protes, "Kenapa Engkau menciptakan gerombolan pembuat onar dan penumpah darah!?" Allah menjawabnya dengan ringan, "Aku mengetahui apa yang kalian tak ketahui"

Rasa penasaran malaikat barangkali belum punah ketika belakangan mereka kembali mempertanyakan sikap Tuhan. Itu adalah waktu ketika usai Nabi Adam wafat, manusia mulai jatuh pada syirik penyembahan berhala.

Imam Abu Laits Al-Samarqandi, dalam risalah tafsirnya, Bahrul Ulum, mengisahkan keluhan malaikat, "Ya Allah, Engkau telah menciptakan hamba-Mu, mempercantik kejadian mereka, dan memperbaiki rejeki mereka. Tapi lihatlah, mereka menentang-Mu; menyembah selain-Mu."

Lagi-lagi Allah menjawabnya ringan, "Maklumilah saja, Malaikat. Mereka itu memang makhluk ringkih (Innahum fi 'udzr)."

Sekali ini malaikat tidak puas dengan jawaban seperti itu. "Bukankah Allah punya jenis makhluk yanb lebih superior? Seperti kalangan malaikat, misalnya, yang jelas-jelas tidak akan menyeleweng!?"

"Baiklah," respon Allah, "Pilihlah dua orang di antara kalian." Maksudnya, Allah hendak menunjukkan kepada para malaikat itu betapa susahnya menjadi manusia. Caranya? Mengutus perwakilan malaikat ke dunia, dan menjadikan mereka manusia.

Maka dipilihlah dua sosok bernama Harut dan Marut. Kepada mereka ditetapkan perjanjian untuk menjalani kehidupan yang kalis dari kemusyrikan, perzinahan, pembunuhan, dan permadatan.

Dua malaikat sepertinya dapat mengikuti ritme, sampai mereka terpikat pada seorang perempuan cantik. Sedianya dilamar, sang perempuan pun menolak, kecuali mereka memenuhi persyaratan. "Pilihlah," kata perempuan itu, "beribadah pada berhala, atau membunuh seseorang, atau minum arak."

Harut dan Marut memilih minum arak, sebab mereka pikir itulah yang paling ringan dosanya. Tapi yang terjadi kemudian tak terbayangkan. Kedua malaikat jadi mabuk bukan main. Dalam kondisinya itu, mereka menzinahi si perempuan. Di jalanan, mereka membunuh seseorang. Bahkan, mereka pada akhirnya menyembah berhala juga.

Na'udzu billahi min dzalik.

Dari peristiwa ini kawanan malaikat jadi sadar betapa tidak mudah menjadi manusia. Dua orang malaikat yang dibekali kemampuan superior pun ternyata pada akhirnya ambruk juga.

Harut dan Marut menyesali perbuatan mereka dan berlari menuju orang shalih menanyakan solusi. Orang shalih tersebut, yang syahdan adalah Nabi Idris, menawarkan pilihan: siksa dunia atau siksa akhirat. Mereka memilih siksa di dunia; dibekap di dalam sumur yang dikelilingi api.

Harut dan Marut berikutnya lebih dikenal sebagai pengajar sihir. Orang yang mendatanginya untuk menyerap ngelmu, selalu mereka peringatkan terlebih dulu konsekuensinya. Kalau ia masih bersikukuh, Harut dan Marut baru menurunkan ilmunya, sembari pada saat yang sama seberkas cahaya melesat keluar dari tubuh si pembelajar. Itu adalah cahaya iman yang lepas.

Di luar itu, yang tersisa dari kisah ini adalah cerita tentang ism al-a'zham. Bahwa konon perempuan cantik yang sempat akrab dengan Harut dan Marut itu sempat mempelajari dan mengetahuinya (ism al-a'zham). Itulah sebabnya ia pun memperoleh semacam kedigdayaan.

Perempuan tersebut, yang seperti dikabarkan Imam Al-Qurthubi, bernama Nahil (dalam bahasa Persia) atau Zahrah (dalam bahasa arab), terbang ke langit menggunakan "jimat" ism al-a'zham.

Di langit, ia berubah menjadi sebuah bintang yang kelak dikenal sebagai kaukab zahrah, atau kita lebih mengenalnya dengan "bintang senja" yang sesungguhnya adalah planet venus.



Menurut Imam Al-Samarqandi, sahabat Ibn 'Umar mengeluarkan kata-kata laknat tiap kali beliau melihat bintang senja (planet venus) ini. "Dialah yang telah membuat fitnah padua dua malaikat (Harut dan Marut)," katanya.

Demikianlah, sebagai semacam doa (atau mantra?), ism al-a'zham memiliki khasiat yang amat luar biasa. Menurut cerita, ketika hendak menghidupkan orang yang sudah meninggal, Nabi Isa merapal ism al-a'zham. Begitupun Asif bin Barkhiya, salah satu pewaris kesaktian Nabi Sulaiman, menggunakan ism al-a'zham untuk mengarungi langit kerajaan ratu Bilqis.

Jadi, sebetulnya apa ism al-a'zham itu?

Ism al-a'zham adalah nama Allah yang paling istimewa. Mungkinkah Allah, sebagai Dzat yang Maha Agung, memiliki nama yang paling agung!? Bukankah seluruh Nama-Nya itu agung, mengikuti Dzat-Nya yang Maha Agung!?

Betul. Akan tetapi, seperti penjelasan Imam Al-Ghazali dalam al-Maqshad al-Asna, setiap nama Allah mengandung gradasi keistimewaan berbeda bergantung pada kedahsyatan dan atau kemuliaan makna yang dibawanya. Maka sangat tidak mustahil terdapat satu nama saja yang dapat merangkum seluruh makna Nama-Nama Allah yang lain. Dan Nama tersebut pastilah ism al-a'zham.

Lantas, dari kesembilan puluh sembilan nama Allah, nama yang mana yang adalah ism al-a'zham?

Tidak ada yang tahu. Sampai hari ini ism al-a'zham masih menjadi misteri. Itulah mengapa para ulama tidak pernah bersepakat mengenai ini. Menurut Imam Al-Razi, sekurang-kurangnya ada empat pendapat.

Pertama, nama Dzul Jalali wal Ikram. Ini didasarkan pada sebuah hadits, alizzhuu bi yaa dzal jalali wal ikram, tetapkanlah (berdoa) dengan Ya Dzal Jalali wal Ikram.

Kedua, nama al-Hayyu al-Qayyum. Ini juga didasarkan pada sebuah hadits, dimana Ubaiy bin Ka'ab bertanya kepada Nabi, "Ayat Al-Quran yang mana yang paling agung?" Nabi menjawab dengan membaca ayat, "Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qayyum".

Ketiga, bahwa semua nama Allah pasti ism al-a'zham. Ini didasarkan pada argumentasi bahwa kalau betul hanya ada satu nama yang paling agung, maka ini seperti mengatakan nama Allah yanh lain rendah.

Keempat, nama "Allah" itu sendiri, dan inilah pendapat yang dipilih oleh kebanyakan ulama, termasuk Imam Al-Razi. Ini karena hanya kata Allah saja yang betul-betul merepresentasikan sebuah nama yang sesungguhnya (isim 'alam). Sementara nama yang lain merujuk pada sifat-sifat tertentu.

Nah, sekarang Anda tahu, apa yang mesti Anda lakukan untuk dengan mudah berangkat menuju bulan. Atau Anda ingin berubah menjadi bulan?

Wallahu a'lam bis shawab.

Indralaya,

Lukman Hakim Husnan

Tafsir Quran Surat al-Fatihah ayat 1

Pemintal Aksara

Posting Komentar