TAFSIR QURAN NUSANTARA

Tafsir quran nusantara adalah istilah yang mengacu pada karya-karya penafsiran al-Qur'an yang lahir di wilayah Nusantara atau Indonesia. Tafsir quran nusantara mencerminkan kekayaan dan keragaman pemikiran ulama Nusantara dalam memahami dan menyampaikan pesan-pesan al-Qur'an kepada masyarakat. Tafsir quran nusantara juga menunjukkan dinamika dan aktualisasi studi al-Qur'an di Indonesia yang berinteraksi dengan berbagai konteks sosial, budaya, politik, dan ilmu pengetahuan.

Sejarah tafsir quran nusantara dapat ditelusuri sejak abad ke-16 M, ketika muncul naskah Tafsir al-Kahfi yang ditulis oleh penulis yang tidak diketahui. Naskah ini merupakan tafsir parsial yang hanya membahas surah al-Kahfi dalam bahasa Melayu. Naskah ini kemudian dibawa ke Belanda oleh seorang ahli bahasa Arab dari Belanda, Erpinus, pada awal abad ke-17 M. Saat ini, naskah ini menjadi koleksi Cambridge University Library.



Pada abad ke-17 M, muncul karya tafsir lengkap 30 juz yang pertama di Nusantara, yaitu Tafsir Tarjuman al-Mustafid karya 'Abd al-Ra'uf al-Singkili (1615-1693 M). Tafsir ini ditulis dalam bahasa Melayu dengan gaya bahasa yang indah dan mudah dipahami. Tafsir ini merujuk pada beberapa karya tafsir klasik seperti Tafsir al-Jalalayn, Tafsir al-Baydawi, dan Tafsir al-Qurtubi. Tafsir ini juga memasukkan unsur-unsur tasawuf, fiqih, dan ilmu kalam.

Pada abad ke-19 M, Syekh Nawawi al-Bantani (1813-1879 M) menulis Tafsir Marah Labid li Kasyfi Ma'na al-Qur'an al-Majid (Tafsir al-Munir) dalam bahasa Arab. Tafsir ini diterbitkan di Makkah pada tahun 1880 M. Tafsir ini menggunakan metode tahlili (analitis) dengan menguraikan makna-makna lahir dan batin dari ayat-ayat al-Qur'an. Tafsir ini juga mengandung unsur-unsur ilmu balaghah, ilmu ma'ani, ilmu bayan, dan ilmu badi'.

Pada abad ke-20 M, banyak muncul karya-karya tafsir yang ditulis oleh ulama Nusantara dalam berbagai bahasa dan tema. Beberapa contoh tafsir yang terkenal adalah:

- Tafsir Qur'an Karim karya Mahmud Yunus (1938 M). Tafsir ini ditulis dalam bahasa Indonesia dengan gaya bahasa yang sederhana dan lugas. Tafsir ini menggunakan metode tahlili dengan mengikuti urutan mushaf. Tafsir ini juga memasukkan unsur-unsur sejarah, geografi, sains, dan budaya.
- Tafsir Al-Azhar karya Hamka (1967 M). Tafsir ini ditulis dalam bahasa Indonesia dengan gaya bahasa yang sastra dan menarik. Tafsir ini menggunakan metode tahlili dengan mengikuti urutan mushaf. Tafsir ini juga memasukkan unsur-unsur tasawuf, fiqih, ilmu kalam, dan pemikiran kontemporer.
- Tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab (2001 M). Tafsir ini ditulis dalam bahasa Indonesia dengan gaya bahasa yang ilmiah dan akademis. Tafsir ini menggunakan metode tahlili dengan mengikuti urutan mushaf. Tafsir ini juga memasukkan unsur-unsur linguistik, balaghah, ma'ani, bayan, badi', sains, filsafat, dan hermeneutika.

Tafsir quran nusantara merupakan warisan intelektual yang patut dibanggakan dan dipelajari oleh umat Islam di Indonesia maupun di dunia. Tafsir quran nusantara menawarkan berbagai perspektif dan pendekatan dalam memahami dan mengaplikasikan ajaran-ajaran al-Qur'an sesuai dengan zaman dan tempat.

Posting Komentar